PMCA: Mewujudkan Pendakian Aman & Berkelanjutan di Papua
Tahun 1623 Tahun 1623
Tahun 1909 Tahun 1909
Tahun 1936 Tahun 1936
Tahun 1962 Tahun 1962
Tahun 1963 Tahun 1963
Tahun 1970 Tahun 1970
Tahun 1971 Tahun 1971
Tahun 1980 Tahun 1980
Tahun 1985 Tahun 1985
Tahun 1986 Tahun 1986
Tahun 1989 Tahun 1989
Tahun 1994 Tahun 1994
Tahun 1996 Tahun 1996
Tahun 1997 Tahun 1997
Tahun 1999 Tahun 1999
Tahun 2005 Tahun 2005
Tahun 2006 Tahun 2006
Tahun 2008 Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2009
Tahun 2012 Tahun 2012

Tahun 1623

Penemuan Jan Carstenszoon

Carstensz Pyramid, adalah puncak gunung di benua Oseania. Gunung ini terletak di provinsi Papua Tengah. Gunung ini merupakan bagian dari jajaran pegunungan Sudirman. Dengan ketinggian 4.884 meter (16.024 kaki), gunung ini merupakan gunung tertinggi di Pasifik barat daya. Gunung ini juga merupakan puncak pulau tertinggi di dunia. Nama Indonesianya adalah Puncak Jaya, sedangkan Carstensz Pyramid adalah nama Eropa, untuk orang Eropa pertama yang melihat gunung tersebut, Jan Carstensz. Ia pertama kali melihat Puncak Jaya dalam sebuah pelayaran pada tahun 1623. Orang Eropa lainnya tidak mempercayai penampakannya, karena Carstensz mengklaim bahwa Puncak Jaya ditutupi oleh gletser dan salju.

Tahun 1909

Ekspedisi Lorentz

Padang salju Puncak Trikora, 170 km (106 mil) di sebelah timur sini, dicapai pada awal tahun 1909 oleh seorang penjelajah Belanda, Hendrik Albert Lorentz dengan enam orang porter Dayak Kenyah yang direkrut dari Apo Kayan di Kalimantan. Pendahulu Taman Nasional Lorentz, yang meliputi Pegunungan Carstensz, didirikan pada tahun 1919 setelah laporan ekspedisi ini. Puncak Carstenz atau Mpaigelah merupakan titik tertinggi di Pegunungan Tengah yang terbentuk pada orogeni Melanesia Miosen Akhir, yang disebabkan oleh tumbukan miring antara lempeng Australia dan Pasifik, dan terbuat dari batugamping Miosen Tengah.

Tahun 1936

Kesalahan Ekspedisi 1936

Upaya untuk mendaki puncak tertinggi di Papua, tidak dilakukan sebelum Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1936 Royal Dutch Geographical Society mensponsori sekelompok pendaki yang dipimpin oleh Colijn untuk mendaki puncak tertinggi. Mereka tidak memanjat Piramida Carstensz tetapi Ngga Pulu, yang dianggap tertinggi di zaman mereka. Tapi, Gletser di kawasan itu menyusut secara substansial, dan akibatnya, Carstensz yang berbatu sejak itu ditemukan lebih tinggi. Setelah perang, titik fokus Mountaineering adalah Himalaya dan Andes. Pada 1960-an, minat pendaki mulai bergeser ke Carstensz lagi.

Tahun 1962

Heinrich Harrer, orang kulit putih pertama di Carstensz

Pendaki gunung pertama yang berhasil mencapai puncak Piramida Carstensz adalah pendaki Austria Heinrich Harrer. Ini terjadi pada 13 Februari 1962. Pendaki lain di timnya adalah Russell Kippax dan Albert Huizenga. Nasib Heinrich Harrer selama Perang Dunia Kedua, dan pertemuannya dengan Dalailame muda, digambarkan dalam film "Tujuh tahun di Tibet".

Tahun 1963

Perubahan Nama Menjadi Puncak Soekarno

Pada tahun 1963, nama Puncak Carstensz yang terletak di Papua, Indonesia, diubah menjadi Puncak Soekarno untuk menghormati Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Perubahan nama ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi besar beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun identitas bangsa Indonesia. Puncak Soekarno menjadi simbol kebanggaan nasional dan warisan sejarah yang mempererat hubungan Indonesia dengan dunia internasional, khususnya dalam konteks perjuangan politik dan kemerdekaan.

Tahun 1970

Penyusutan Gletser Pertama

Penelitian awal oleh glasiolog Belanda, Joost van der Veen, menunjukkan gletser Carstensz menyusut 30 meter per tahun. Aktivitas tambang yang menghasilkan panas lokal (heat island effect) dan peningkatan emisi CO₂ global diduga sebagai penyebab.

Tahun 1971

Dimulainya Tambang Freeport

Freeport-McMoRan memulai operasi tambang Ertsberg dengan izin dari Soeharto. Masyarakat Amungme menganggap gunung sebagai ibu mereka yang disakralkan, sehingga penambangan dianggap sebagai "pemerkosaan alam". Protes dipimpin oleh kepala suku seperti Mama Yosepha Alomang, tetapi diabaikan oleh pemerintah.

Tahun 1980

Ekspansi Tambang Grasberg

Freeport menemukan deposit Grasberg, cadangan emas terbesar di dunia. Pembukaan lahan menyebabkan deforestasi 10.000 hektare hutan primer. Masyarakat Kamoro di pesisir mulai protes karena limbah tailing meracuni sungai Aikwa, sumber ikan utama mereka.

Tahun 1985

Carstensz Masuk Seven Summit

Dick Bass, miliarder AS, menambahkan Carstensz ke daftar Seven Summits menggantikan Gunung Kosciuszko (Australia). Keputusan ini memicu gelombang pendaki komersial. Biaya ekspedisi saat itu mencapai USD 15.000 per orang, tetapi hanya 10% yang disetorkan ke pemerintah daerah.

Tahun 1986

Sampah Pendakian Pertama

Pendaki Jepang melaporkan tumpukan sampah di Danau Valley (base camp utama), termasuk tabung oksigen bekas, kaleng makanan, dan kotoran manusia. Tidak ada mekanisme pengelolaan sampah, sehingga limbah dibakar atau dikubur sembarangan.

Tahun 1989

Penculikan Peneliti

Dua biolog Belanda, Dr. Frank Momberg dan Ir. Jan van der Ploeg, diculik OPM di dekat Danau Habema. OPM menuntut pengakuan kemerdekaan Papua. Setelah 3 bulan, keduanya dibebaskan setelah tekanan internasional, tetapi insiden ini membuat PBB memasukkan Carstensz dalam daftar "zona merah".

Tahun 1994

Insiden Mapinduma

Kelompok pimpinan Kelly Kwalik menyandera 11 anggota ekspedisi Eropa (termasuk 4 warga Inggris) di Lembah Mapenduma. Sandera dipaksa berjalan 150 km melintasi hutan sambil menghindari patroli militer. Setelah 5 bulan, pasukan khusus Indonesia (Kopassus) menyerbu kamp OPM, menewaskan 2 sandera dan 8 gerilyawan.

Tahun 1996

Skandal Limbah Tambang

Laporan New York Times mengungkap Freeport membuang 230.000 ton limbah tambang per hari ke Sungai Aghawagon. Logam berat seperti tembaga dan arsenik mencemari air minum suku Kamoro, menyebabkan wabah penyakit kulit dan gagal ginjal. Freeport mengganti rugi USD 30 juta, tetapi tuntutan hukum internasional terus berlanjut.

Tahun 1997

Taman Nasional Lorentz

Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan Carstensz sebagai bagian dari Taman Nasional Lorentz (2,5 juta hektare). Pada 1999, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia karena keanekaragaman hayati, termasuk 630 spesies burung dan ekosistem alpina unik.

Tahun 1999

Laporan Penyusutan Gletser

Tim dari Australian National University (ANU) menemukan gletser Carstensz menyusut dari 20 km² (1850) menjadi 2 km². Pencairan dipercepat oleh kenaikan suhu 0,6°C per dekade. Masyarakat Dani melaporkan hilangnya mata air dingin yang dianggap keramat.

Tahun 2005

Jalur Pendakian Ilegal Pendaki asing mulai menyogok masyarakat Sugapa (Papua Tengah) untuk memandu mereka melalui rute selatan yang berbahaya. Biaya ilegal ini hanya USD 2.000, tetapi risiko tinggi: pada 2007, 2 pendaki Prancis tewas terjatuh di tebing Cyclops.

Tahun 2006

Penutupan Jalur Pendakian oleh Freeport

PT Freeport Indonesia menutup akses ke jalur tradisional via Grasberg akibat kekhawatiran keamanan dan protes masyarakat adat. Pendaki harus mencari rute alternatif melalui desa-desa terpencil, yang meningkatkan risiko konflik dengan penduduk setempat.

Tahun 2008

Kecelakaan Helikopter di Base Camp

Helikopter yang mengangkut logistik pendaki mengalami kecelakaan di dekat base camp akibat cuaca buruk. Tidak ada korban jiwa, tetapi insiden ini menyoroti risiko logistik di daerah terisolasi.

Tahun 2009

Krisis Sampah

Ekspedisi gabungan Jepang-Indonesia mengumpulkan 500 kg sampah di Danau Valley, termasuk 120 tabung oksigen dan 60 tenda rusak. Sampah logam mencemari tanah, menghambat pertumbuhan vegetasi endemik seperti Pandanus julianettii.

Penembakan Helikopter

OPM menembak jatuh helikopter Sikorsky S-58T milik Freeport di dekat Danau Larson, menewaskan pilot AS. Serangan ini bagian dari kampanye "Papua Tanpa Asing" yang dilancarkan OPM.

Tahun 2012

Penangkapan Pendaki Ilegal

Oktober 2012 3 pendaki asing (AS, Prancis, Australia) ditangkap di Timika karena mencoba pendakian ilegal tanpa izin. Mereka dideportasi setelah membayar denda. Kasus ini memicu peringatan resmi dari pemerintah Indonesia tentang sanksi pendakian ilegal.

Our Latest News

Pelatihan Bahasa Inggris untuk Guide Lokal Asli Papua oleh Papua Mountaineering Association

Di balik medan ekstrem dan panorama megah Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah menyimpan potensi luar biasa: generasi muda lokal yang siap menjadi pema
Learn More

Papua Mountaineering Association Gelar Pelatihan Soft Skill bagi Guide Lokal Asli Papua Lewat Film Pendakian Dunia

Timika, — Papua Mountaineering Association (PMA) kembali menunjukkan komitmennya dalam membentuk guide lokal berkualitas dari tanah Papua. Kali ini, p
Learn More

Pelatihan Guide Lokal Papua Mountaineering Association di Area Panjat Tebing Mako Brimob Timika 32

Mimika Papua Tengah, - Sebuah langkah inspiratif dilakukan oleh Papua Mountaineering Association (PMA) dalam upaya mencetak guide lokal profesional da
Learn More

Pelatihan Guide Lokal Papua Mountaineering Association: Pengenalan Alat Pendakian Gunung Carstensz

pma-indonesia.id Mimika - Papua Mountaineering Association (PMA) menggelar program pelatihan perdana untuk para calon guide lokal di Mako Brimob Mimik
Learn More

Apakah cuaca dan perubahan iklim mempengaruhi pendaki untuk Mendaki Gunung Carstensz? Ini dia faktanya!

Pendakian ke Puncak Carstensz, puncak tertinggi di Indonesia, menawarkan tantangan unik yang dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi cuaca. Terleta
Learn More

Tips Menjaga Kesehatan Sebelum Summit Carstensz: Persiapan Fisik dan Mental untuk Mendaki dengan Aman

Mendaki puncak Carstensz merupakan tantangan besar yang memerlukan persiapan matang, tidak hanya dari segi peralatan dan logistik, tetapi juga dari as...
Learn More

PAPUA MOUNTAINEERING ASSOCIATION

VISI & MISI PMA

  • Menjadi entitas yang mewakili Papua dan Indonesia
    dalam kegiatan minat khusus, baik di skala nasional
    maupun internasional, dengan fokus utama pada
    Mountaineering.

  • Menjadi asosiasi yang berstandar internasional dan
    menjadi penyokong utama bagi pengembangan
    kegiatan minat khusus di Indonesia, terutama untuk
    pendakian Gunung Carstensz.

  • Menjadi mitra pemerintah baik di tingkat daerah
    maupun pusat dalam pembuatan peraturan yang
    terkait dengan pengelolaan lingkungan di Papua,
    khususnya yang menyangkut hutan, Taman
    Nasional Lorentz, serta pegunungan lainnya di
    Papua, serta usaha untuk pengembangannya dari
    berbagai aspek.

  • Mengembangkan wisata minat khusus alam lainnya yang memiliki potensi besar dari bentangan alam Papua, untuk dijadikan destinasi wisata berkelas dunia.

  • Mengembangkan pariwisata pendakian, khususnya di Gunung Carstensz yang merupakan salah satu puncak dalam Seven Summits dunia, serta gununggunung lainnya yang ada di Papua, dengan pengelolaan yang profesional dan standar internasional dalam pendakian dan pelayanan.

  • Berkolaborasi dengan pemerintah untuk mendorong pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata minat khusus yang dapat menggerakkan sektor pariwisata, pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan kemajuan sosial masyarakat, khususnya masyarakat adat. Tujuan utamanya adalah membangun sistem yang holistik untuk kesejahteraan rakyat Papua dan Indonesia secara umum.

  • Memberikan rekomendasi perizinan, sertifikasi, dan pelatihan bagi individu dan/atau badan usaha untuk menciptakan iklim usaha minat khusus yang mengutamakan keselamatan, budaya, kesejahteraan, dan keberlanjutan lingkungan di Papua, baik untuk pelaku usaha lokal maupun internasional.

  • Menyediakan layanan perizinan satu pintu yang memudahkan proses pendakian bagi WNI maupun WNA yang ingin berkunjung ke berbagai gunung di Papua.

868

Likes

165

Comments

2254

Email

6678

Search